SEJARAH
NAMA SANGGA PRAMUKA PENEGAK
DARI
PERJUANGAN MASYARAKAT PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL
1. JAMAN
PERINTIS (1908-1927)
A. BUDI
UTOMO
B. PERGERAKAN
ISLAM
C. PERKEMBANGAN
PERGERAKAN NASIONAL SELANJUTNYA
D. REAKSI
PEMERINTAH JAJAHAN TERHADAP MUNCULNYA GERAKAN NASIONAL
2. JAMAN
PENEGAS DAN PENCOBA (1927-1942)
A. PERHIMPUNAN
INDONESIA
B. PARTAI
NASIONAL INDONESIA
C. USAHA
MENGGALANG PERSATUAN
D. SUMPAH
PEMUDA 28 OKTOBER 1928
3. JAMAN
PENDOBRAK (1942-1945)
A. SITUASI
PERGERAKAN NASIONAL PADA SAAT MENJELANG PENJAJAHAN JEPANG DAN MENJELANG
PROKLAMASI INDONESIA
B. JANJI
JEPANG UNTUK MEMBERIKAN KEMERDEKAAN
C. RENCANA
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
4. JAMAN
PELAKSANA (1945-SEKARANG)
A. MASA
REVOLUSI FISIK (1945-1950)
B. MASA
SURVIVAL (1950-1959)
C. MASA
KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG 1945 (1959-....)
ZAMAN PERINTIS
(PERGERAKAN
NASIONAL SEBELUM TAHUN 1928)
A.
BUDI UTOMO
Pada awalnya Melihat akan tersia-sianya rakyat di
bidang pendidikan dan pengajaran maka tergeraklah hati dokter wahidin
sudirohusodo. Beliau bertekad untuk mengusahakan didirikanya suatu fonds untuk
membantu beasiswa kepada pelajar-pelajar stovia seperti sutomo, gunawan,
gumbrek, dan lain-lainya. Maka atas usaha sutomo dan kawan-kawanya itu pada
tanggal 20 mei 1908 didirikanlah suatu organisasi dengan nama Budi Utomo
Program utama dari organisasi ini adalah:
“mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran.” Justru pemusatan program
pendidikan oleh Budi Utomo ini sering menimbulkan salah tafsir penulis sejarah
kemudian, dengan berkata bahwa Budi Utomo itu bukan suatu Gerakan politik, programnya masih bersifat sosial. Pendapat
tersebut sudah sewajarnya perlu diralat. Kita harus ingat, situasi sekitar
tahun 1900 itu tidak memungkinkan didirikanya organisasi yang bersifat politik.
Karena adanya pasal 111 dari R.R.
Dengan demikian maka Budi Utomo harus mencari segala
jalan agar terhndar dari pasal 111 R.R. itu. Di samping itu haruslah kita ingat
pula bahwa dalam situasi kegelapan karena kukungan penjajah, setiap pergerakan
yang programnya menuju kemajuan bangsanya tidaklah dapat di lepaskan dari cita-cita
politik, seperti moh. Hatta pernah mengatakanya.
Apabila program Budi Utomo dititik beratkan ke
soal-soal pengajaran itu sudahlah sewajarnya karena pendidikan rakyat waktu itu
tersia-sia. Demikianlah maka maka kita tidak dapat secara gegabah mengatakan
bahwa Budi Utomo bukan suatu pergerakan politik. Dan kita tidak dapat pula
mengatakan Budi Utomo tidak punya program politik. Malahan kita harus
mengatakan bahwa justru dengan berdirinya organisasi itu, artikel 111 R.R.
mendapat tantangan keras.
Banyak pula penulis-penulis yang terseret pendapat
yang kurang benar, dengan mengatakan bahwa Budi Utomo itu adalah suatu
organisasi kedaerahan, dengan mengemukakan bukti di salah satu programnya yang
berbunyi “ de harmonische ontwikkeling van land en volk van java en madura”
(kemajuan yang harmonis bagi nusa jawa dan madura). Kita perlu ingat bahwa ide Indonesia
raya waktu itu memang belu lahir. Dengan demikian cita-cita persatuan Indonesiapun
belum dapat dicantumkan dalam program Budi Utomo.
Ini tidak berarti organisasi Budi Utomo adalah
organisasi kedaerahan. Perlu lagi mendapat penjelasan, bahwa Budi Utomo memokokan programnya di bidang
sosial dan budaya, karena pada saat itu pemerintah kolonial sedang melaksanakan
program edukasi dari politik ethisnya. Politik ethis itu pada hakekatnya
samalah dengan imprealisme kebudayaan secara halus. Dua program sosial
budayanya Budi Utomo adalah reaksi terhadap imprealisme kebudayaan yang
berselubung politik ethis tersebut. Di sini tampaklah Budi Utomo telah bergerak
di bidang politik. Kalau kita lihat lagi dalam salah satu tujuanya yang
berbunyi “ segala yang perlu untuk menjamin kehidupan sebagian bangsa yang
terhormat” [1]),
maka telah nampaklah apa yang tersirat pada organisasi Budi Utomo yakni “Kehormatan Bangsa”. Bangsa yang terhormat
ialah kalau bangsa itu sama derajatnya dengan bangsa lain. Indonesia waktu itu
terhormat karena dijajah belanda, karena itu untuk mencapai tujuan tersebut
caranya dengan memberi kemerdekaan. Teranglah sudah disini bahwa Budi Utomo telah
mempunyai cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi cita-cita kaum nasionalis
Indonesia. Tepatlah kalau pemerintah mengakui secara resmi hari lahir Budi
Utomo sebagai hari kebangkitan Nasional, karena Budi Utomo telah bercita-cita
nasional dan pergerakanya merupakan organisasi modern pada waktu itu.
Memang Budi Utomo tidak dilahirkan sebagai organisasi politik. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya ia didorong kelapangan politik. Sejarah kehidupanya
telah membuktikan hal itu.
Pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktip dalam
persoalan “ inlandsche militie”, dan waktu volksraad dibentuk, dengan
organisasi yang lain ia bergabung dalam “radicalc concentrartic” yakni
persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam volksraad.
Pada tahun 1921 dalam salah satu kongresnya Budi
Utomo menuntut agar volksraad diperbanyak anggotanya dengan banga Indonesia.
Pada saat-saat gerakan nasional kita disekitar tahun
20an terpengaruh oleh ajaran-ajaran gandhi dengan non cooperationya, dikalangan
Budi Utomopun gerakan itu besar pengaruhnya.
Tetapi ternyata dalam kongres tahun 1923, non co
sebagai asas perjuangan ditolak oleh sebagian besar anggota Budi Utomo.
Penolakan ini dapat kita mengerti, karena sebagian anggota Budi Utomo adalah
pegawai-pegawai pemerintah dan asas itu kalau dianut akan menyulitkan kedudukan
mereka.
Bersambung.... :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar