Selasa, 14 Juni 2016



SEJARAH NAMA SANGGA PRAMUKA PENEGAK
DARI PERJUANGAN MASYARAKAT PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL

1.      JAMAN PERINTIS (1908-1927)
A.    BUDI UTOMO
B.     PERGERAKAN ISLAM
C.     PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL SELANJUTNYA
D.    REAKSI PEMERINTAH JAJAHAN TERHADAP MUNCULNYA GERAKAN NASIONAL
2.      JAMAN PENEGAS DAN PENCOBA (1927-1942)
A.    PERHIMPUNAN INDONESIA
B.     PARTAI NASIONAL INDONESIA
C.     USAHA MENGGALANG PERSATUAN
D.    SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER 1928
3.      JAMAN PENDOBRAK (1942-1945)
A.    SITUASI PERGERAKAN NASIONAL PADA SAAT MENJELANG PENJAJAHAN JEPANG DAN MENJELANG PROKLAMASI INDONESIA
B.     JANJI JEPANG UNTUK MEMBERIKAN KEMERDEKAAN
C.     RENCANA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
4.      JAMAN PELAKSANA (1945-SEKARANG)
A.    MASA REVOLUSI FISIK (1945-1950)
B.     MASA SURVIVAL (1950-1959)
C.     MASA KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG 1945 (1959-....)


ZAMAN PERINTIS
(PERGERAKAN NASIONAL SEBELUM TAHUN 1928)

A.    BUDI UTOMO
Pada awalnya Melihat akan tersia-sianya rakyat di bidang pendidikan dan pengajaran maka tergeraklah hati dokter wahidin sudirohusodo. Beliau bertekad untuk mengusahakan didirikanya suatu fonds untuk membantu beasiswa kepada pelajar-pelajar stovia seperti sutomo, gunawan, gumbrek, dan lain-lainya. Maka atas usaha sutomo dan kawan-kawanya itu pada tanggal 20 mei 1908 didirikanlah suatu organisasi dengan nama Budi Utomo

Program utama dari organisasi ini adalah: “mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran.” Justru pemusatan program pendidikan oleh Budi Utomo ini sering menimbulkan salah tafsir penulis sejarah kemudian, dengan berkata bahwa Budi Utomo itu bukan suatu Gerakan politik,  programnya masih bersifat sosial. Pendapat tersebut sudah sewajarnya perlu diralat. Kita harus ingat, situasi sekitar tahun 1900 itu tidak memungkinkan didirikanya organisasi yang bersifat politik. Karena adanya pasal 111 dari R.R.

Dengan demikian maka Budi Utomo harus mencari segala jalan agar terhndar dari pasal 111 R.R. itu. Di samping itu haruslah kita ingat pula bahwa dalam situasi kegelapan karena kukungan penjajah, setiap pergerakan yang programnya menuju kemajuan bangsanya tidaklah dapat di lepaskan dari cita-cita politik, seperti moh. Hatta pernah mengatakanya.

Apabila program Budi Utomo dititik beratkan ke soal-soal pengajaran itu sudahlah sewajarnya karena pendidikan rakyat waktu itu tersia-sia. Demikianlah maka maka kita tidak dapat secara gegabah mengatakan bahwa Budi Utomo bukan suatu pergerakan politik. Dan kita tidak dapat pula mengatakan Budi Utomo tidak punya program politik. Malahan kita harus mengatakan bahwa justru dengan berdirinya organisasi itu, artikel 111 R.R. mendapat tantangan keras.

Banyak pula penulis-penulis yang terseret pendapat yang kurang benar, dengan mengatakan bahwa Budi Utomo itu adalah suatu organisasi kedaerahan, dengan mengemukakan bukti di salah satu programnya yang berbunyi “ de harmonische ontwikkeling van land en volk van java en madura” (kemajuan yang harmonis bagi nusa jawa dan madura). Kita perlu ingat bahwa ide Indonesia raya waktu itu memang belu lahir. Dengan demikian cita-cita persatuan Indonesiapun belum dapat dicantumkan dalam program Budi Utomo.

Ini tidak berarti organisasi Budi Utomo adalah organisasi kedaerahan. Perlu lagi mendapat penjelasan, bahwa  Budi Utomo memokokan programnya di bidang sosial dan budaya, karena pada saat itu pemerintah kolonial sedang melaksanakan program edukasi dari politik ethisnya. Politik ethis itu pada hakekatnya samalah dengan imprealisme kebudayaan secara halus. Dua program sosial budayanya Budi Utomo adalah reaksi terhadap imprealisme kebudayaan yang berselubung politik ethis tersebut. Di sini tampaklah Budi Utomo telah bergerak di bidang politik. Kalau kita lihat lagi dalam salah satu tujuanya yang berbunyi “ segala yang perlu untuk menjamin kehidupan sebagian bangsa yang terhormat”   [1]), maka telah nampaklah apa yang tersirat pada organisasi Budi Utomo yakni  “Kehormatan Bangsa”. Bangsa yang terhormat ialah kalau bangsa itu sama derajatnya dengan bangsa lain. Indonesia waktu itu terhormat karena dijajah belanda, karena itu untuk mencapai tujuan tersebut caranya dengan memberi kemerdekaan. Teranglah sudah disini bahwa Budi Utomo telah mempunyai cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi cita-cita kaum nasionalis Indonesia. Tepatlah kalau pemerintah mengakui secara resmi hari lahir Budi Utomo sebagai hari kebangkitan Nasional, karena Budi Utomo telah bercita-cita nasional dan pergerakanya merupakan organisasi modern pada waktu itu.

Memang Budi Utomo tidak dilahirkan  sebagai organisasi politik. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya ia didorong kelapangan politik. Sejarah kehidupanya telah membuktikan hal itu.

Pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktip dalam persoalan “ inlandsche militie”, dan waktu volksraad dibentuk, dengan organisasi yang lain ia bergabung dalam “radicalc concentrartic” yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam volksraad.

Pada tahun 1921 dalam salah satu kongresnya Budi Utomo menuntut agar volksraad diperbanyak anggotanya dengan banga Indonesia.

Pada saat-saat gerakan nasional kita disekitar tahun 20an terpengaruh oleh ajaran-ajaran gandhi dengan non cooperationya, dikalangan Budi Utomopun gerakan itu besar pengaruhnya.

Tetapi ternyata dalam kongres tahun 1923, non co sebagai asas perjuangan ditolak oleh sebagian besar anggota Budi Utomo. Penolakan ini dapat kita mengerti, karena sebagian anggota Budi Utomo adalah pegawai-pegawai pemerintah dan asas itu kalau dianut akan menyulitkan kedudukan mereka.


[1] ). Mr. Susanto Tirtoprojo-Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, hal. 12-15.


Bersambung.... :D